PERPUSTAKAAN IPDN
Buku bertopik pengembangan diri mampu membantu pembaca untuk membangun energi positif. Energi tersebut dapat memberi motivasi dalam kehidupan sehari- hari. Tidak heran buku dengan topik ini banyak diminati. Hal ini didukung dengan Laporan Nielsen BookScan ICM mengenai penjualan buku secara global pada Juli 2020. Buku dengan genre pengembangan diri atau Personal Development mengalami pertumbuhan sebanyak 11% atau peringkat 4 (empat) setelah topik “Food & Drink”, “Fiksi” dan “Leisure & Lifestyle”.
Perkembangan buku bertopik pengembangan diri tidak akan lepas dari manfaat yang dirasakan pembaca saat dan sesudah membaca. Dilansir dari berbagai media, membaca buku bertopik pengembangan diri dapat menaikan kepercayaan diri, potensi, rasa positif serta semangat dalam diri. Pembaca mendapatkan inspirasi yang mengubah sudut pandangnya dalam memandang dunia sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Selain itu, proyek pengembangan diri mungkin dikembangkan oleh pembaca.
Mengingat banyaknya manfaat dari buku bertopik pengembangan diri serta banyaknya minat Pemustaka, maka Perpustakaan telah mengembangkan koleksi dengan topik serupa. Koleksi dapat diakses melalui aplikasi SmartLib IPDN yang dapat diunduh melalui Playstore atau https://unduh.eperpus.com/smartlibipdn. Adapun beberapa koleksi yang ada dalam aplikasi tersebut :
Filosofi Teras ditulis oleh Henry Manampiring pada tahun 2018. Buku ini terdiri dari 346 halaman yang membahas mengenai salah satu mazhab filsafat yaitu Stoisisme. Mazhab ini telah berkembang sejak 2.000 tahun yang lalu. Stoisisme banyak membahas mengenai penerimaan keadaan yang tidak bisa dikendalikan dan fokus pada kondisi yang bisa dikendalikan. Buku yang telah terjual sebanyak 300.000 ini menyajikan pembahasan dalam 12 (dua belas) bab yang dapat membantu pembaca untuk mengatasi emosi negatif dan memperkuat mental.
“Goals are good for setting a direction, but systems are best for making progress” (James Clear, 2018)
Kutipan di atas merupakan salah satu dari banyak kalimat inspiratif dari buku Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear pada tahun 2018 di New York. Pada tahun 2019, buku tersebut telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dalam 352 halaman oleh Alex Tri Kantjono Widodo. Buku ini membahas mengenai pengembangan kebiasaan kecil yang dapat mengubah hidup serta menegaskan bahwa tidak perlu selalu ada hal besar untuk terciptanya suatu perubahan. Hal terpenting dalam membentuk sebuah kebiasaan adalah mencoba proses tersebut. Dibandingkan tujuan perubahan yang menggebu-gebu sehingga tidak menikmati proses, buku ini mengajak untuk mencoba untuk fokus perubahan yang realistis dan jelas. Selain itu, lingkungan sekitar akan sedikit atau banyak mempengaruhi pembentukan kebiasaan.
3. Quarter-Life Crisis : Ketika Hidupmu Berada di Persimpangan
Buku “Quarter-Life Crisis” ditulis oleh Gerhana Nurhayati Putri pada tahun 2019 dengan 112 halaman. Quarter-Life Crisis (QLC) atau krisis seperempat baya merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi emosional dalam rentan usia 18-30 tahun. Kondisi emosi ini berupa kekhawatiran, keraguan akan kemampuan diri dan kebingungan menentukan arah hidup yang dipicu oleh diri sendiri atau lingkungan sekitar. Krisis ini ditandai bahwa seseorang belum memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya. Menurut Harvard Business Review, QLC menjadi hal yang melatarbelakangi terjadinya depresi pada usia 20-an.
Buku ini disertai ilustrasi dengan pemilihan warna yang menarik dan unik. Penjelasan dikemas dengan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Buku ini cocok untuk pembaca sebagai pengenalan QLC.
Daniel Kahneman, seorang psikolog, menulis buku berjudul “Thinking, Fast and Slow” pada tahun 2011. Buku ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan tahun 2019. Kahneman menjelaskan terdapat 2 (dua) sistem yang mendorong cara berpikir. Sistem 1 bersifat cepat, intuitif dan emosional, sedangkan sistem 2 bersifat pelan, lebih bertujuan dan logis. Karya ini dianggap memberi gagasan yang mendalam dan luas dalam berbagai bidang terutama ekonomi, pengobatan dan politik.
5. Generation Gap(Less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi
Perbedaan karakter antar generasi dapat menimbulkan kesenjangan ketika berinteraksi. Oleh karena itu, Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu menulis buku dengan judul “Generation Gap(Less): Seni Menjalin Relasi Antar Generasi” yang terbit pada tahun 2020. Penulisan buku dipicu karena saat ini kemungkinan besar terdapat banyak generasi yang berbeda dalam satu perusahaan. Pemahaman mengenai perbedaan gaya komunikasi dan interaksi antar generasi menjadi hal yang penting dipelajari.
Keinginan untuk mengembangkan diri muncul karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa keinginan untuk mengembangkan, meningkatkan dan memperbaiki diri. Faktor eksternal dapat berupa dukungan dari lingkungan sekitar. Penyediaan koleksi bertopik pengembangan diri diharapkan dapat menjadi faktor eksternal yang memotivasi Praja dalam meningkatkan kapasitas dirinya. Pengembangan koleksi ini dapat terlaksana berkat kontribusi Purna Praja Angkatan 29. Koleksi dapat diakses melalui SmartLib IPDN dengan informasi lebih lengkap di https://bit.ly/daftarsmartlibipdn.